Tengah kota sama,tak ubah
seperti hutan belantra. Survival tak hnya d hutan rimba tpi d kota besar
seperti jakarta pun survival diperlukan.
Banyak warga jakarta yang pro dan kontra dengan Ahok.
Saya seyogyanya orang jogja hanya berpetualang ria di jakarta, hanya
berkunjung silaturohim ktmpat sanak sodara, pak lek dan sahabat disana. Banyak
pemukiman dan pasar digusur. Beberapa hari disana, Saya diajak ke pelabuhan
sunda kelapa, pusat perdagangan dari zaman majapahit. disana ada pasar
tradisional banyak penjual ikan dan alat nelayan semua habis ludes diratakan
entah akan dibangun apa. Memang mungkin ini jaman modern, modernitas
atas nama penbangunan sampai banyak warga disingkirkan yang notabene itu warga
warga yg tak punya cukup modal seperti kaum kapitalis. Sampai makam leluhur
penyebar agama islam, makam syach, wali, pun hmpir rata
dengan alat berat. Ya.. Saya hanya ngobrol rokokan saja dengan orang jakarta,
dimana pun disana untuk menambah akrab tema itu kita perbincangkan. nyatanya
saya tak tau pastinya di kota yg serba memusingkan ini.
Apakah nantinya Jakarta atau kota besar lain akan hanya dihuni oleh orang2 elit? Isinya kantor2, perumahan elit, dunia hiburan? Tinggal di appartenen atau rumah susun seperti kandang ayam, tak tau kanan kiri tetangganya. Sawah –sawah dan hutan sih banyak dan maju pesat, tapi bukan punya kita namun punya mereka. Kiblat kemajuan apakah ternilai dari itu? Parameter kebahagiaan apakah uang? Masjid tua dibedol dan ditancapkn d tempt lain, lahanya untuk dibangun tempat hiburan atau perumahan elit?
Dan ternyata agama baru
bernama uang itu berkembang pesat, kehidupan materialisme, sekularisme membuat
jalan dengan nama kapitalisme. Seperti di kampung tercinta orang rela membayar
denda gotong royong dibanding harus ikut bersusah payah. Ya itu memang umum dan
tak usah dipermasalahkan karena sudah menjadi common sense. Entah lah itu hanya angen angen, utawa
prasangka saya saja karena saya pun hanya mnduga duga.
Cukup dibuat pusing lagi kemarin saya dengan paklek saya
menyusuri kota ini dengan motor, dari sunter (Jakarta utara) menuju cikarang
(bekasi). Kebetulan kabel kopling motor paklek putus dan sangat susah mencari
bengkel karena di komplek kelapa gading (kawasan mall), tak ubahnya kami macet
di kawasan kanan kiri hutan atau pematang sawah luas yang susah juga menemukan
bengkel. akhirnya kita paksa naiki gimanapun caranya.
Orang menyebut kota, di kampung-kampung kita pun bisa menjadi
kota. Lahan –lahan dibeli pemodal untuk dibangun perumahan perumahan mewah,
menjadi ada benteng yang sangat tinggi sekali ibarat para penjajah voc
membangun banteng pertahanan di belakang pemerintahan kerajaan pribumi. Ada
juga yang bangga lahannya dijual karena ada pembangunan pabrik, bukaknkah
negeri ini negeri agraris.
0 comments:
Post a Comment