Thursday, January 2, 2014

Hukum Kontinuitas



Kita merasakan betapa nikmatnya menghirup Udara, Batapa nikmatnya pagi, siang, sore , malam, betapa nikmatnya kentut, betapa nikmatnya kerukunan, betapa nikmatnya bisa berdiri, bias duduk, bisa berlari, dan betapa-betapa yang lain yang semua tak tehingga dan tak terkira.
Kita merasa kehilangan ketika sudah jauh, sudah  hilang, atau ketika kita ditinggalkan. Sesuatu yang sangat berharga memang bersyukur dan Syukur.   
Teringat pengalamanku beberapa bulan yang lalu. waktu itu aku kehilangan dompet tercintaku sampai aku datang ke orang pintar, orang yang mempunyai ilmu lebih dalam doa dan agama dan mungkin sesuatu yang ghaib. Beliau menyarankanku untuk ikhlas dan melantunkan doa yang beliau pilihkan. Pusing rasanya kepalaku, tidur juga gak tenang karena uang yang ada di dompet itu adalah uang panas alias uang dagangan. Aku memang berusaha untuk ikhlas,tapi menurutku ikhlas memang ada prosesnya. Kita harus berusaha dulu untuk menemukan, mencari dengan jalan yang benar atau istilahnya ikhtiar. Soan (berkunjung) ke orang pintar entah itu kyai, dukun atau pun apa istilah lainya untuk mempredikatkan profesi tersebut bagiku hanyalah proses katarsis. Hati menjadi plong aja ketika sudah berdoa dengan amalan doa yang disarankan dan diberikan wejangan atau masukan oleh beliau.  Sudah lebih dari 3 hari gak ketemu juga tu dompet merah, aku merasakan kehilangan yang luar biasa sesuai kadarku. Tidak diduga  waktu aku beres-beres kamar kutemukan dompet ku itu, sambiltepok jidat aku baru inget waktu itu dirumahku rame dan sebagai sikap antisipatif aku taruh dompet di bawah kasur. 

Nah, perasaan ini lah, perasaan betapa nikmatnya, betapa kangennya aku ama domopetku udah terobati.
Sesuatu ketika itu berulang-ulang memang membuat kita tidak sadar merasakan nikmatnya benda itu. sesuatu itu menjadi absurb ^^