Monday, August 20, 2012

Ruwahan, Antara Budaya dan Agama


Tak terasa sekarang sudah di penghujung bulan ruwah, seperti biasa masyarakat Indonesia khususnya di jawa tempat saya tinggalada acara ruwahan atau nyadran atau sadranan. Acara sadranan biasa dilakukan dengan bersih – bersih makam leluhur dan mendoakan atau tahlilan bersama- sama pada malam harinya namun biasanya penyadran hanya bersih makam dan mendoakan saja. Acara ini tentu dijalani bagi orang yang percaya. Hehe, agama kan memang kepercayaan ya.  ^_^

Kebetulan saya sendiri masih melakukan ritual nyadran meski hanya membersihkan makam nenek dan pakde. Hari itu adalah hari minggu, saya libur kerja namun baru pukul 16.45 WIB sampai rumah. Nenek yang dari ibukku dikebumikan di dusun serut , kira- kira 8 Km kea rah timur dari rumahku tepatnya di kaki gunung Seribu. Saya sudah janji dengan Ibu, maka bergegaslah saya mandi lantas beli bunga yang isinya kantil, dan bunga apa namanya yang saya sendiri kurang tau nama dan makna filosofisnya.
Kata penjual bunga itu, biasanya kantil gak disertakan kalo untuk ziarah, khusus bulan ruwah ini kantil harus ada.
Tak terasa azan maghrib sudah berkumandang maka saya dan ibu memutuskan bakda mahrib ke makamnya. Sampailah kami di makam, sungguh sangat sepi makam ini karena terletak jauh dari kampong. Kami memanjatkan doa kepada Allah SWT, bermunajat kepada- Nya. Kpeda –Nya lho bukan kepadanya. Nya adalah Allah SWT, Tuhan pencipta segala kehidupan dan Dia yang Maha Berkehendak.
Di tengah- tengah kami berdoa,  saya mendengar suara motor yang berhenti teoatnya di pintu masuk atau di belakang kanan kami, dalam hati mungkin itu juga peziarah pikirku. Motor itu tak lama kemudian berjalan kembali. Kami asik dengan kekhusukan kami berdoa dan membaca Yasin, 10  menit kemudian doa kami hamper selesai . Dari arah belakang saya mendengar suara orang entah mereka berdoa atau berbicara, suaranya lebih dari 1 orang. Bergumam  seperti orang tahlilan, ow peziarah juga mungkin.
Satu menit sebelum kami selesai berdoa, dari arah kanan depan ada orang mendehem, suara wanita sangat dekat sekali. Kalau bisa saya perkirakan orang itu duduk di utara bisan eyang buyut saya.
Soda Qollahul “adhim, kami selesai membaca doa, saya melihat ke belakang tak satupun ada orang dan senter saya arahkan ke depan kanan saya ternyata juga nihil.
anehnya biasanya saya ketakutan tapi Saya tak merasa takut sedikit pun. Kalau di nalar tak mungkin suara di kanan saya itu manusia, 1 menit sebelum selesai saya dengar dia  mendehem dan anehnya Ibu saya yang berada di kananku malah tak mendengar.
Apa kah sebenarnya suara itu ??? Hohohoho..
Aku jadi ingat setelah membaca salah satu buku “ kepekaan dapat di dapat ketiika manusia menjalani prihatin, peduli terhadap sesama  dan olah nafas”