Saturday, December 17, 2011

Filosofi Kain Batik

Orang jaman dulu memang penuh dengan filosofi, tidak hanya orang jawa semua etnis pun pasti menyimpan filosofi dalam adat dan kebiasaan mereka,. Di daerah jawa khususnya bangunan, hajatan, tumpengan, sampai ubo rampe (barang- barang) kematian pun penuh filosofi.
Pernah ingat cerita tentang sunan kalijaga?raden syahit yang bergelar sunan kalijaga diberi amanah oleh gurunya yaitu sunan bonang untuk menjaga tongkat dan mengail cumplung (kelapa muda yang jatuh). Sunan Bonang memang memberikan sanepan (filosofi) kepada murud-muridnya.Hal tersebut menandakan bahwa semua yang ada di kehidupan kita ini memang banyak filosofi.
Begitu juga dengan Kain batik, batik adalah warisan leluhur bangsa yang menyimpaan banyak arti dan filosofi.
Dalam proses pembuatannya, seni kain batik terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya. Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut menyiratkan ketenangan pembuatnya. Motif parang misalnya yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria.
Motif parang adalah motif Jogja, jadi para pemimpin prajurit Kraton zaman dulu selalu menggunakan motif parang saat akan berperang.Motif kawung berbeda lagi dengan parang. Kain batik motif ini berbentuk teratai yang sedang merekah. Motif melambangkan kesucian dan umur panjang. Motif berbentuk sayap atau krudo, hanya dikenakan oleh raja dan putra raja. Motif Ragam Hias Slobong memiliki arti lancar dan longgar. Motif ini digunakan untuk melayat dan bermakna harapan agar arwah orang yang meninggal dunia dapat dengan lancar menghadap kepada Tuhan dan diterima. Motif Sidomukti berarti “jadi bahagia”. Motif ini dikenakan oleh pengantin pria maupun wanita, dengan harapan keduanya akan memperoleh kebahagiaan selama hidupnya. Kain batik Cirebon yang dikenal dengan motif megamendung juga mempunyai banyak filosofi yakni, membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri. Dan lebih banyak lagi beragam kain batik di Indonesia yang tidak bias kita jelaskan satu per satu.
Karena mengandung filosofi, dalam pembuatan baju pun harus memperhatikan etika etika batik. Motif parang tidak boleh terbalik, harus berdiri seperti filosofi prajurit yang harus tegak berdiri. Motif Krudo pun demikian, krudo adalah sayap dan mahkota, aneh rasanya kalau terbalik.
Kaidah –kaidah itu juga masih berlaku di online shop medogh http://medogh.com/, produk –produk ini selalu mengedepankan etika perbatikan selain pelayanannya yang sangat ramah dan memuaskan. Meski terpotong kancing atau ritsleting tetap saja motif nyambung dan dijamin tidak terbalik.