Sunday, January 30, 2011

Rafting di Sungai Ello




Bagaimana dengan weekend anda, apakah anda habiskan bersama keluarga, teman, komunitas atau pacar ?. Mau weekend bersama siapapun yang penting seru dan bisa me-refresh hari - hari sibuk anda.

Kalo anda pernah ke daerah magelang pasti yang anda tau pertama kali adalah candi borobudur, andi Mendut dan lain2. Its many emple in this place. Meskipun salah satu keajaiban dunia tersebut kebanyakan orang tau nya masuk daerah jogja. DiMmagelang juga terkenal objek wisata sungai elo yaitu tempat untuk arung jeram/ RAFTING.
Banyak tempat rafting disana, kami waktu itu berkegiatan di sabana Rafting tempatnya senior kami Mbah Surip.

Tanggal 22 Januari kemarin kelompok petualang gunung dan rimba lebah gunung (KPGR Lebah gunung) mengadakan makrab dan rafting di sungai ello Magelang. Sepulang kerja aku masih ditunggu teman2, kami berangkat sore dan sekitar pukul 7 malam baru sampai Ello. Jalan magelang lagi di bangun sehingga macet banget dan membuat aku terpisah denan rombongan, adaacara kesasar juga lagi aku. Huuff :(



Finally tiba juga di pinggir kali Ello. Acara makrab terlaksana dengan lancar denga dditandainya pemotongan tumpeng karena hari itu juga dalam rangka Ulang tahun KPGR. Setelah sharing dengan para Senior, q dah masuk senior loh..hhaha, wueh pamer,lanjut kita memupuk kebersamaan dengan bermain poker meski yang lain sudah banyak yang udah tidur.
Aku awalnya cuma pengen ikut makrab aja sih karena maklumlah tanggal tua dompet dah semakin tipis. Tapi sayang juga kalo dah sampai sini kalo gak ikut rafting.
Rafting pun dimulai, wau sangat seru.Untung aku ikut, nyesel deh kalo gak ikut.
This is first experience, wau its great..fantastic
Rafting yang notabene hanya aku lihat di TV, akhirnya aku bisa ngerasain juga.



Aku satu kapal dengan Rofi, Hada, wiwit,Wafa, farah dan satu pendamping namanya mas Eka. Kita kapal terakhir dari 5 rombongan kapal. Gak asik rasanya kalo gak menjerit histeris ketika jeram menghadang dan banyak tanjakan2 tajam yang seru. Sungainya dalam juga, dengan menggunakan pelampung kita dapat mengapung bertebaran kaya sampah. hahha. Gak jarang juga kita turun ke sungai untuk berenang dan kadang kapal sengaja kita gulingkan balik.
Waktu itu kapal kita balik sampai wiwit terjebak di bawah kapal itu mengepak epak kaya kucing kecebur di sumur. Nikmat sekali berenang sambil kencing di sungai.

Session yang paling asik tuh waktu kita berada di penyempitan sungai. Gak ada jeramnya sih namun alirannya cukup deras. Semua turun ke sungai sehingga terasa gayeng sekali kebersamaan diantara kita. Kita dapat melihat tingginya jembatan dari bawah dan di penyempitan itu banyak pancuran air.
Cuaca mendung, rafting menjadi semakin asik, dingin tak dirasa yang penting happy.
Sungai yang mengalir dari gunung Merbabu ini memang siiip, meski agak buthek. Sampai akhirnya gak kerasa kita sampai finish.

Subhanallah

Thursday, January 6, 2011

Ternyata lagu ini mengandung makna yang dalem banget



Lir ilir, Tembang Para Wali Tanah Jawi

Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…

Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,?
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…

Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.

Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya

Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.

tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.

Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.

dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.

Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

* Diambil dari berbagai sumber. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan, karena saya juga manusia yang tak pernah lepas dari salah dan dosa.